Hafalan Tabungan Akhirat

Hafalan Tabungan Akhirat

"Hafalan Tabungan Akhirat",
karangan Hanif Al Fathoni.

Jika anda berjalan dari Terminal Bus kearah selatan. Akan anda temui sebuah perempatan. Di perempatan ramai dibawah flyover pasar itu. Akan banyak anda temui para pedagang asongan dan para pengemis. Para pengemis mendominasi trotoar di tepi perempatan itu. Dari semua pengemis rata – rata merupakan anak – anak yang masih pada usia yang masih giat – giat nya untuk mencari ilmu. Namun, akan anda temui seorang pengemis anak – anak yang mengemis di bekali dengan topi merah khas topi SD untuk menampung receh demi receh uluran tangan dari mereka orang – orang yang iba dengan keadaan anak itu. Namun, dibalik kondisi nya yang begitu memprihatinkan. Akan anda temui sebuah cekungan manis senyuman dari anak itu saat anda menjatuhkan uang receh kedalam topi yang telah ia sodorkan kepada anda. Anak itu akan tersenyum lebar dan mengucap “ terima kasih besar...pak” dengan nada senang dan girang. Jika anda penasaran dan bertanya “nama mu siapa anak manis ?”, maka anak itu akan menjawab “nama saya Ibo, pak..” dengan nada halus. Iya, ia sering di panggil Ibo oleh beberapa orang di Lingkungan perempatan jalan itu. Setelah anda menanyakan nama kepada nya tanpa bertanya lagi ia akan langsung menjawab lagi “Usia saya 10 tahun..pak”. Iya, Ibo anak berusia 10 tahun yang tinggal di rumah sederhana beratap flyover pasar dekat perempatan jalan tadi. Lingkungan tempat tinggal nya sungguh memprihatinkan. Kumuh adalah sebuah kata yang bisa menggambarkan lingkungan itu. Toilet pun harus bergantian dengan 8 keluarga lain yang tinggal di Lingkungan itu. Bicara tentang keluarga. Ibo merupakan bagian dari keluarga Bapak Tarjo yang seorang kuli bangunan. Pak Jo, (panggilan nya) berteman Istri nya yaitu Ibu Mintu atau Bu Min, (panggilan nya) dan 3 orang anak termasuk Ibo yaitu Isa dan Iko membentuk suatu keluarga kecil. Ibo anak sulung dari ketiga anak keluarga Bapak Tarjo. Sebagai anak sulung, beban Ibo cukup besar bagi anak usia 10 tahun seperti nya. Ayah nya yang seorang kuli bangunan berpenghasilan kurang untuk memenuhi kebutuhan keluarga nya. Kedua orang tua nya memiliki impian untuk pergi beribadah umrah. Namun, mereka tahu bahwa itu mustahil. Ibo pun tergerak hati kecil nya untuk membantu meringankan beban ayah nya.

Setelah sepulang sekolah dari Sekolah Anak Miskin atau (SAM). Ia pun segera bergegas menaruh tas merah usang nya dan mencopot seragam SD nya. Dipakai lah baju hijau kesukaan nya , serta tak lupa senjata andalan nya yaitu topi SD. Topi ini yang menemani Ibo berangkat dari rumah sekitar pukul 12 siang menuju perempatan jalan bawah flyover pasar. Tempat itu merupakan tempat andalan Ibo untuk menyodorkan topi SD nya demi uang ­– uang receh. Ibo memilih tempat itu karena ramai dan dekat rumah nya. “Bo, kesini cepat..!” seorang anak bertubuh gempal melambaikan tangan ke arah Ibo. Ibo pun menurut dan menghampiri anak itu. Anak itu adalah Ikin. Si anak gempal penjual nasi bungkus yang suka meledek itu. Ikin sering meledek para anak – anak pengemis yang sangat lugu. Ikin menganggap derajat penjual nasi bungkus lebih tinggi dari pengemis. Ikin pun menunjukkan hobi nya “ Ibo..kau masih mengemis saja..kapan maju nya keluarga mu..” ejek Ikin. Ibo yang lugu hanya terdiam. ”mana bisa kamu mengemis pakai topi ini bisa sukses.” Ejek Ikin lagi. Ibo hanya menggigit bibir menahan malu. Itu bukan pertama kali nya Ikin mengejek Ibo. Malahan, Ibo pernah diceritai oleh Ikin sebuah cerita yang membekas dalam di hati nya. Cerita nya kurang lebih seperti ini.

Pada waktu itu terdapat seorang anak yang bernama Ucik. Anak itu dikenal sebagai seorang pengemis jalanan seperti Ibo. Ucik seperti hal nya pengemis lain yang selalu menyodorkan tangan nya meminta belas kasih orang lain. Dan sampai akhir hayat nya Ucik tetap menjadi seorang pengemis.

Diceritakan di akhirat Ucik dimasukkan ke neraka karena ia selalu meminta – minta sepanjang hidup nya. Di Pintu neraka Ucik ditanyai oleh malaikat penjaga pintu neraka “Wahai anak muda..apa yang kau lakukan di dunia sehingga membawa mu menuju gerbang neraka ini.. wahai anak muda ?”. Ucik menjawab “ Aku hanya meminta – minta kepada orang lain, aku tak mau berusaha bekerja, aku selalu meminta – minta. Malaikat membalas “ masuk lah anak muda disini lah semua yang kau lakukan dipertanggung jawabkan..!”. Tak lama Ucik segera didorong untuk masuk ke neraka. Di neraka Ucik melihat betapa sengsara nya manusia di minta pertanggung jawab nya atas segala kesalahan nya di Dunia. Setelah berjalan cukup jauh. Udara terasa semakin panas, kira – kira 2 kali suhu rata – rata bumi. Ucik kembali didatangi malaikat. Malaikat memberitahukan kepada Ucik untuk bersiap – siap di hukum.

Setelah mendengar cerita itu Ibo hanya termenung, serasa ia sangat bersalah. Ia selalu hanya menyodorkan topi SD nya untuk meminta sebagian uang receh dari orang lain. Ia berpikir diri nya nanti nya akan seperti “Ucik” yang diceritakan oleh Ikin. Anak lugu seperti Ibo tak tahu bahwa mengemis itu merupakan pekerjaan yang halal dan mengemis tak akan membawa nya ke neraka seperti cerita tadi jika mengemis dengan tujuan yang benar.

Ibo pun, menjauh pergi kembali ke rumah nya karena akan menjelang petang. Ia berjalan sambil tertunduk. Wajah nya cemberut. Cekungan senyum yang biasa menghiasi wajah nya seakan sirna. Tak berjalan beberapa jauh ia menginjak suatu kertas seperti poster. Ibo mengambil kertas itu. Ibo terkejut, karena kertas itu merupakan poster lomba menghafal surat pendek yang berhadiah paket ibadah umrah. Ibo sangat antusias. Dan ia sangat ingin membahagiakan orang tua nya dengan cara memberangkatkan kedua orang tua nya beribadah umrah. Lomba ini merupakan jalan bagi nya untuk mewujudkan impian orang tua nya.

Ibo segera berlari pulang ke rumah. Wajah nya yang tadi nya muram menjadi penuh gembira kembali. Ia menempel kan poster tadi di lemari disamping poster itu terdapat foto ka’bah yang sangat ingin dikunjungi oleh orang tua Ibo.

Sepanjang malam. Ibo selalu menatap Al – qur’an nya sembari menghafal beberapa ayat dari surat – surat pendek yang ada di dalam Al – qur’an. Ternyata Ibo melakukan ini diam – diam. Kedua orang tua nya tak mengetahui bahwa Ibo akan mengikuti lomba itu. Sampai kedua orang tua nya heran “semangat sekali ya pak..anak kita ini.. malam – malam masih terus mengaji” Bu Min kagum. Pak Jo menjawab “ya mungkin dia lagi mencari tabungan di akhirat (pahala) bu...” kata Pak Jo.

Malam selanjutnya. Ibo masih terus menghafal dan menghafal. Sampai – sampai saat ia mengemis pun ia masih tetap menghafal surat pendek itu. Ikin pun heran “ Ehh..Ibo kamu mau apa hafalin Al – qur’an terus mau jadi kyai kamu ?”. Ibo sangat yakin ia bisa memenangkan lomba ini dan dapat mewujudkan impian kedua orang tua nya yaitu mencari tabungan akhirat (pahala) dengan beribadah umrah di Tanah Suci Mekkah.

Hari ini tepat seperti yang terdapat di poster lomba hafalan surat pendek. Ibo segera bergegas menyiapkan segala perlengkapan nya seperti Al – qur’an, Tas, dan Songkok. Ia berpamitan kepada kedua orang tua nya yang terheran. Ibu nya bertanya “Mau kemana nduk...?”. Ibo menjawab “Mau lomba..”. Ibu nya masih terheran. “Lomba apa nduk..?” Ibu nya bertanya kembali. “Lomba hafalan surat pendek bu..” Ibo menjawab. “Loh tau lomba dari mana nduk..?” Ibu nya bertanya. “Dari poster ini bu..” Ibo menjawab sambil menunjukkan poster itu. “Oalah nduk..Ibu doa kan menang...”. Ibo segera berangkat ke tempat lomba itu berlangsung. Wajah nya dipenuhi senyuman.

Disana. Banyak Ibo temui anak – anak lain yang juga akan mengikuti lomba itu. Di dalam hati nya Ibo mulai pesimis ”Aduhh.. aku bisa menang gak ya..kalo aku kalah aku takut Ibu dan Bapak kecewa...” kata Ibo.

Juri memanggil “ Ibo. Usia 10 tahun..”. Ibo menaiki tangga menuju panggung pentas. Ibo merasa agak tidak percaya diri. Di layar di depan nya terdapat nama surat pendek dan ayat yang harus ia hafalkan. Muncul lah “surat Ad – dhuha ayat 1 - 5”. Ibo pun segera membacakan isi surat Ad – dhuha ayat 1 – 5. Ia membacakan dengan sangat lantang. Juri terlihat nyaman mendengarkan bacaan surat pendek yang dilantangkan oleh Ibo. Ibo yang melihat juri merasa cukup lega. Setidak nya juri nyaman dengan bacaan yang dilantangkan oleh nya. Namun, Ibo masih pesimis tentang juara yang ingin dia capai. Ibo menghafal dengan sangat lancar tanpa terdapat ayat yang lupa. Juri memberi nilai yang cukup baik untuk penampilan Ibo yaitu juri A 9 poin, juri B 9 poin, dan juri C 10 poin. Ibo sangat senang dengan hasil itu. Namun, Ibo belum tentu menjadi juara, karena masih banyak anak – anak lain yang belum menunjukkan penampilan nya. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya pengumuman lomba akan dibacakan. Ibo terkejut nama nya disebut kan sebagai juara 1. Ibo sangat senang dan terharu. Ia begitu bahagia.Kerja keras nya berbuah hasil, sekarang Ibo dapat mewujudkan impian kedua orang tua nya yaitu pergi ke Tanah Suci Mekkah.

SELESAI

Terima Kasih Sudah Membaca Artikel Hafalan Tabungan Akhirat Jangan Bosan berkunjung ke blog BahasaRemaja.Com dan Follow Saya .

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Bahasaremajacom

0 Response to "Hafalan Tabungan Akhirat "

Post a Comment

Terimakasih telah membaca artikel yang telah saya berikan. Penulis akan bangga dan mendoakan kebaikan untuk pembacanya :)

Buatlah senang penulis dengan berkomentar :)